Lilypie Kids birthday PicLilypie Kids birthday Ticker
Google

Welcome Note

This site/blog will tell the world more about my lovely son, named Agus Surya Yoewira or Yoe Wen Yang (his Chinese name). Beside uploading his photos and stories, I will also quote nice, spiritual and touching stories or articles from other resources. Hope this site/blog will be inspiring and useful for other moms in this world.
(Indonesian: Site/blog ini kupersembahkan oentoek putraku terkasih, Agus Surya Yoewira/Wen Yang. Walaupun tidak detail amat, akan selalu kutuliskan perkembangan dia baik melalui tulisan, cerita atau foto-foto. Selain itu ada macam-macam puisi, tantra, kalimat indah dan artikel-artikel yang semoga dapat berguna dan menjadi inspirasi bagi yang membacanya)

MY OATH TO YOU

When you are sad, ………………. I will dry your tears
When you are scared, …………….. I will comfort your fears
When you are worried, …………… I will give you hope
When you are confused, ………….. I will help you cope
And when you are lost, …………… and cant’t see the light, I shall be your beacon….Shining ever so bright.
This is my oath………… I pledge till the end. Why you may ask? ……………… Because you’re my son.


FAMILY = (F)ATHER (A)ND (M)OTHER (I) (L)OVE (Y)OU

Surya's reply :-D

Every love that you've been given to me
will never ever go away
coz your loves are
my spirit .......
my light ........
my destination ......
my guide ...........
and
my everything......

LOVE YOU, MOMMY.... !!!

Surya's Slide Show! (new born until 2 years old)

Jebakan dalam Mengasuh Anak

Jebakan 1 : Melarang Anak
Apa yang mudah kita lakukan saat mendapati anak yang maunya sendiri atau melakukan sesuatu yang kurang sopan? Yang paling mudah adalah melarangnya dengan nada marah. Sebagai orangtua, kita "berkuasa" melarang anak, dengan berbagai macam bentuk dan cara. Atau juga melakukan kebalikannya, misalnya, dengan membiarkan. Sebagai orang dewasa, kita punya pembenaran untuk membiarkan maupun melarang. Yang sulit adalah bagaimana melihat dan menjadikan anak yang banyak maunya sendiri itu sebagai potensi kreativitas dan kemandirian yang perlu diarahkan dan dipupuk. Tapi dia tetap ingin "maunya sendiri dan sulit?" Itu pasti. Untuk menumbuhkan kreativitas dan kemandirian itu pasti tidak sesimpel memotongnya di tengah jalan.

Para pakar psikologi (Human Development: 1989) menyimpulkan bahwa untuk menumbuhkan kreativitas dan orisinilitas anak-anak itu dibutuhkan beberapa penyikapan penting, antara lain:

  • Menghormati hak anak untuk menginisiatifkan cara belajar yang pas untuk dirinya
  • Menghormati hak anak untuk ingin tahu dan mengalami
  • Menghormati hak anak untuk menolak / menerima berbagai masukan setelah mempertimbangkannya
  • Mendorong anak untuk lebih merasa tertantang dalam menghadapi masalah
  • Memberikan kesempatan untuk berkreasi
Jebakan 2 : Membandingkan anak
Apa yang mudah kita lakukan saat mendapati si anak punya prestasi sekolah yang tidak sama dengan adik atau kakaknya, lebih-lebih ditambah lagi dengan kebiasaannya yang suka melawan? Biasanya paling gampang adalah memberi judgment bahwa dia memang lain, terbelakang atau nakal, tidak seperti adik atau kakaknya yang pintar; Atau dengan memberikan permakluman bahwa memang dia sudah seperti itu dari sono-nya.

Yang sulit adalah bagaimana menemukan kelebihan yang tersembunyi sehingga kita tetap punya opini dan alasan positif untuk memperlakukannya secara positif. Tidak semua anak langsung ketahuan kelebihannya dengan jelas. Kita bisa membayangkan bagaimana seandainya ibunya Edison itu termakan oleh omongan guru sang anak yang menyimpulkan si anak terbelakang? Untunglah si ibu tidak percaya dan melakukan hal-hal penting untuk membuktikan keyakinannya.

Jebakan 3 : Memanjakan anak
Apa yang mudah kita lakukan ketika punya materi berlebih dan kita pun punya idealisme untuk memiliki anak agar dapat mewarisi kekayaan dan kebesaran kita? Yang paling mudah adalah memberikan daftar kepada anak tentang sejumlah kursus yang harus dimasuki dan seperangkat disiplin yang berisi perintah dan larangan. Atau juga melakukan sebaliknya, memanjakannya dengan berbagai fasilitas sampai membuat si anak tidak tahu lagi bagaimana mencuci piring dan tidak pernah menginjak dapur.

Yang sulit adalah bagaimana memfasilitasi proses perkembangan atas berbagai kapasitas yang seharusnya dibutuhkan anak di tengah-tengah kemakmuran dan kemanjaan (aktualisasi diri) sehinggan anak tetap memiliki kepekaan, ketahanan, dan anti mengandalkan. Di kampung-kampung kita dulu muncul stigma seolah-olah kalau orangtua itu semakin jaya, anaknya semakin tidak benar. Karena itu ada ungkapan: "generasti pertama membangun, generasi kedua merusak." Tapi, dengan pengetahuan dan kesadaran, stigma itu sudah mulai dilawan oleh realitas. Banyak orangtua yang bagus dan bagus pula dalam mendidik anaknya.

Itulah beberapa hal yang bisa kita sebut sebagai jebakan ekstrimitas dalam parenting. Kita cenderung memilih hal-hal mudah dengan cara terlalu membebaskan atau terlalu mengekang. Padahal hal-hal mudah itu tidak selamanya memberikan akibat yang mudah dihadapi. Apa akibatnya? Tergantung pada perjalanan hidup si anak. Kalau nanti si anak mendapatkan "hidayah", ia akan berinisiatif melakukan perbaikan dengan melakukan kebalikanya. Contohnya banyak kita temukan dari kehidupan para nabi atau orang biasa yang hebat. Tapi bila tidak, si anak akan membawa pengaruh itu ke dalam kultur hidupnya.

Inilah yang kita kenal dengan istilah bawaan (trait). Bawaan ini ada yang positif dan ada yang negatif. Bawaan ini merupakan bagian dari diri seseorang yang sulit diubah, bukan karena faktor genetik, tapi karena sudah terlalu melekat. Karena itu kita temukan ada kemalasan bawaan dan kemalasan keadaan (misalnya karena gagal usaha, dimarahi, atau mood jelek).

Kemalasan keadaan itu umumnya mudah diatasi. Ada cinta ilmu bawaan dan ada cinta karena keadaan. Cinta bawaan akan membuat seseorang tidak merasa bahagia kalau ilmunya tidak bertambah meskipun kekayaannya bertambah. Karena tidak ada orangtua dan perjalanan anak yang sempurna, maka Tuhan memberikan fasilitas tambahan untuk perbaikan. Misalnya saja problem, krisis, musibah, dan hal-hal yang tidak kita inginkan lainnya. Konon, Mas Iwan Fals dulu menjadi proses parenting yang relatif "mudah". Ketika musibah terjadi, ia jadikan musibah itu sebagai perubahan ke arah yang lebih baik."Setiap anak terlahir jenius, tetapi kita memupuskannya dalam enam bulan pertama."(Buckminster Fuller)

Beberapa Gaya ParentingDiana Baumrind (1978) mengkelompokkan berbagai gaya parenting di dunia ini menjadi empat:

1. Authoritatif
Orangtua yang otoritatif memberikan arahan yang kuat pada seluruh aktivitas anak, namun tetap memberikan wilayah yang bebas ditentukan si anak. Orangtua dulu menjelaskannya dengan ungkapan: "pegang kakinya namun biarkan kepalanya bergerak". Mekanisme kontrol yang dipakai tidak kaku, tidak mengancamnya dengan hukuman, dan menghilangkan batasan-batasan yang tidak terlalu penting. Orangtua berusaha memberikan perhatian supaya anak memahami hal yang mendasar sebagai hal yang mendasar dan memahami hal yang tidak mendasar sebagai hal yang tidak mendasar.

2. Authoritarian
Orangtua yang authoritarian berusaha membentuk anak, mengontrol seluruh aktivitas anak berdasarkan nilai-nilai tradisional yang berlaku dalam keluarga, dan memberikan standar prilaku yang baku. Orangtua memegang kepalanya dan sekaligus kakinya. Orangtua lebih sering memberikan tekanan, kewajiban, menuntut ketaatan penuh, dan memberikan ancaman hukuman. Orangtua melihat anaknya adalah makhluk yang ia miliki sepenuhnya dan ingin dibentuk sesuai dengan keinginannya.

3. Permissive
Orangtua yang permisif cenderung mencari aman, menghindari hal-hal yang sulit, menerima atau mengikuti apa kemauan si anak secara utuh. Orangtua permisif membolehkan apa yang dinginkan anak. Anak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengontrol tindakannya. Posisi orangtua di sini sebagai penegas saja atas apa yang dikonsultasikan anak kepadanya. Kalau anak bertanya boleh nggak minum es pada saat dia pilek, si orangtua bilang ya. Jawaban ya di situ karena orangtua tidak mau pusing mendengar anaknya menangis.

4. Neglectful
Orangtua yang neglectful di sini derajatnya lebih dari permisif. Kalau di permisif masih ada keterlibatan interaksi, tetapi untuk yang neglectful ini, orangtua sama sekali tidak terlibat kecuali sebatas memberikan kebutuhan fisik lahiriah si anak, seperti makan, minum, pakaian, atau obatan-obatan. Gaya neglectful ini sangat mudah diterapkan oleh orangtua yang bercerai atau yang sudah tidak harmonis lagi. Si ayah atau si ibu hanya berpatokan pada bukti transfer uang atau kirim wesel ke sebuah pesantren, ke kakek neneknya, atau ke sekolah berasrama lainnya.

Secara hitam putih teori, gaya yang paling bagus adalah yang pertama, otoritatif. Orangtua memberikan arahan, patokan dan pedoman yang jelas dan tegas, namun soal tehniknya dikembalikan ke anak dengan bimbingan dan pengembangan. Apa ada orangtua yang bisa begini seratus persen dan tidak pernah terjebak ke gaya lain? Kalau di prakteknya, mungkin kita bisa bersepakat mengatakan tidak ada orangtua yang bisa melakukan itu. Pasti pernah ada melesetnya.Karena itu disebutnya sebagai gaya (style).

Gaya kita bukanlah diri kita seutuhnya, melainkan diri kita pada mayoritasnya. Dan yang paling penting lagi adalah tujuan akhirnya. Mungkin kita harus permisif, namun itu kita jadikan sebagai perantara untuk menjadi otoritatif. Mungkin kita harus otoritarian, namun tujuan kita akhirnya adalah otoritatif.

"Hadapilah sesuatu yang terus berubah denganmelakukan perubahan yang terus menerus."(Tao)

Tiga Prinsip Menjadi Otoritatif:


Dewasa kini sudah banyak dikembangkan berbagai tips, trik, dan teknik parenting. Ini bisa kita baca di buku, majalah, koran, internet, dan lain-lain. Namun kalau menelaah ke prakteknya, berbagai tips itu tidak bisa menggantikan sejumlah prinsip mendasar, yang jumlahnya tidak banyak, dan umumnya sudah kita ketahui. Prinsip itu mutlak dijalankan dan tidak ada penggantinya. Peranannya mirip seperti rukun dalam ibadah yang tidak bisa di-copy-paste atau membayar orang lain. Apa saja prinsip itu?

Di antaranya adalah:

1. Kreatif - Di lapangan, pasti ada perlawanan dan perdebatan. Kita sudah memberi arahan dan pedoman, misalnya jangan membeli sesuatu yang kegunaannya sedikit atau mubadzir. Tetapi si anak tetap tidak mau peduli. Jika kita kasih masukan yang lembut, dia tidak mendengar, tapi kalau kita kasih yang keras, kita takut memotong inisiatif. Bagaimana seperti ini?Di sinilah pentingnya kreativitas. Artinya, kita perlu merasa tertantang untuk memunculkan berbagai ide, cara, penyikapan, dan perlakuan agar si anak tetap pada pedoman utama, namun tetap memperhatikan hak dia untuk berinisiatif atau mengambil keputusan. Rasa tertantang di sini menjadi kunci, sebab kalau ini hilang, kita akan cenderung menggunakan jurus yang mudah, yaitu menang-kalah. Kalau mau main kalah-menang, kita pasti menang.

2. Sabar - Sabar di sini tentunya bukan membiarkan. Membiarkan adalah kelemahan, sedangakan kesabaran adalah kekuatan. Sabar adalah konsistensi untuk mengupayakan hal-hal yang baik atau yang bermanfaat lebih banyak, meskipun kita menghadapi penolakan atau hasilnya belum ketahuan. Pesan agama yang paling mendasar tentang kesabaran adalah jangan sampai kita memberikan reaksi negatif atas realitas permukaan. Reaksi ini sangat terkait dengan pemahaman.Misalnya saja kita merasa bahwa pola asuh yang sudah kita perjuangkan sebegitu rupa selama ini tidak memberikan diferensiasi apa-apa pada anak kita. Menurut kita, biasa-biasa saja atau sama seperti anak orang lain yang diasuh secara ekstrim, dan semisalnya. Perasaan seperti ini bisa menggagalkan konsistensi kita. Padahal, secara konsepnya, semua orang punya kapasitas untuk menjadi konsisten asalkan terus mengembangkan kemampuannya dalam melihat dan memahami realitas ke tingkat yang lebih substansial atau esensial.Kalau melihat bukti-bukti dari realitas yang lebih esensial, pola asuh tertentu itu pasti menghasilkan pribadi anak yang tertentu juga. Bahwa ada perbedaan yang cepat kelihatan dan ada yang lambat, ini soal proses dan keunikan juga. Ibarat orang yang menanam benih, tentu saja tergantung benihnya. Kalau yang kita tanam kelapa, pasti lama. Intinya, tanpa kesabaran kita akan gagal menjadi otoritatif meskipun sudah menerapkan berbagai tip.

3. Peduli - Semua orangtua punya naluri untuk peduli pada anak. Bedanya, ada kepedulian yang digerakkan oleh dorongan untuk memenuhi kebutuhan anak berdasarkan perkembangannya. Orangtua melihat perkembangan anak lalu hasilnya digunakan untuk memberi sesuatu. Ada kepedulian yang digerakkan oleh keinginan subyektif orangtua saja. Orangtua memberi si anak tanpa / kurang melihat kebutuhannya. Ada juga kepedulian yang dikalahkan oleh egoisme, kemarahan, dan rasa malu sehingga tampilannya menjadi tidak peduli. Untuk menjadi otoritatif, peduli yang paling dibutuhkan adalah peduli yang dihasilkan dari bacaan kita terhadap perkembangan anak. Semoga bisa kita praktekkan."Awal dari permulaan yang baik seringkalitidak bisa dibedakan oleh mata lahiriah"

sumber : e-psikologi

Inspiring Stories - Chain of Kindness

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya.

Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya. Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri disana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.

Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson."Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk.


Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka. Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.

Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya. "Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu.

Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja. Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah.

Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya. Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari.


Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya.

Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan. Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $ 100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu. Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: "Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya.. Saya juga pernah ditolong orang.

Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikansaya, inilah yang harus engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.'"Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.

Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan kelahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup. Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!"

Ada pepatah lama yang berkata, "Berilah maka engkau diberi." Hari ini saya menampilkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja! Kirimkan kepada teman-teman anda! Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada.. Tuhan memberkati anda!

Tips agar Anak cerdik dan Tangguh (by Krishnamurti)

“Mengapa monyet kurus jelek ini mahal sekali?”
Tanya seorang pembeli kepada penjaga toko Pet Shop. Dan, langsung dilanjutkan dengan kalimat: “Sedangkan monyet yang lebih besar itu harganya hanya Rp. 100.000,- saja padahal lancar mengetik. Malahan, monyet di sebelahnya lagi lebih murah tuh. Bisa nyanyi lagi…”

Si penjaga toko menjawab: “Mengapa monyet yang dua ini lebih murah harganya, dibanding dengan monyet kurus jelek itu, yang harganya mencapai Rp. 1 juta,- walau tidak bisa mengetik dan menyanyi. Karena hanya monyet yang kurus ini, yang bisa menyuruh ke dua monyet lainnya itu, untuk mengetik dan menyanyi….”

“Oooh, gitu…” gumam si calon pembeli, sambil melanjutkan: “Pantesan mahaaal….”

Itulah Leader
Seorang leader mungkin saja tidak bisa mengetik.
Seorang leader mungkin saja tidak bisa menembak jitu.
Seorang leader mungkin saja tidak bisa menghafal dengan baik.
Seorang leader mungkin saja tidak bisa dan tidak tahu NLP, Hypnosis dan sebagainya…

Namun, intinya adalah leader bisa “menyuruh”, mengajak (influence), mempengaruhi, menggerakkan atau “mengapusi” (membohongi) orang lain untuk melakukan sesuatu. Baik disadari ataupun tidak disadari orang lain saat melakukan ajakannya. Lupakan sejenak, leader yg baik atau leader yg buruk, karena bukan itu konteks dari tulisan ini.

Seorang leader sangat mahir mem-pacing dan me-leading orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya, baik karena tujuan mereka sama, ataupun hanya untuk kepentingan leader tersebut.

Pertanyaan berikutnya, mana yang harus kita pilih untuk mendidik anak-anak kita?

Jadi orang CERDAS atau CERDIK?

Melatih anak-anak menjadi cerdas itu sangatlah mudah. Apalagi dengan teknik-teknik NLP, sungguh sangat banyak strategi untuk mencetak anak-anak cerdas. Misalnya teknik cara mengingat, bisa diajarkan dalam 5-10 menit saja.

Teknik cara menghafal, bahkan saya sering mengajarkan anak-anak sekolah cara “menyontek” yang aman ha ha ha… Tentunya bukan dengan “kepekan”, tapi dengan menghafal buku secara imajiner. Dan, saat ujian, mereka hanya perlu membuka buku di halaman tertentu yang sesuai dengan jawaban dari soal, persis seperti membuka buku, namun secara imajiner. Seakan-akan ada buku di depannya. Asyik, bukan? Idenya sederhana, dari memodel MIND MAP-nya Bapak Tony Buzan yang saya kembangkan sendiri.

Banyak sekali teknik untuk melatih anak menjadi cerdas, namun melatih anak menjadi cerdik, tentu tidak mungkin dengan membaca buku. Gimana caranya? Aneh banget, ada anak cerdik karena membaca buku he he he… Untuk ide atau inspirasi, okelah. Namun, untuk situasi nyata, sebaiknya anak tersebut…

Dilatih dengan tantangan

Ya, ditantang agar otaknya mendapat stimulus, rangsangan, sehingga otak mereka akan terus aktif merespon, membuat respon baru, memilih respon, mencari ide baru, mencari solusi baru dan sebagainya. Nah, bagaimana membuat tantangan? Mudah sekali… berikut ini beberapa ide.

1. Tantangan yang menekan
Misalnya melakukan atau mengerjakan sebuah kegiatan yang dibatasi oleh waktu yang sempit. Buat tantangannya dari waktu yang lebih longgar dulu, lalu terus tingkatkan tekanannya ke waktu yang sangat ketat. Amati responnya, bagaimana si anak merespon saat tertekan, saat stres, apakah dia bisa tetap tenang, apakah dia menyerah, apakah dia memiliki daya tahan baik saat ditekan?

Bentuk kegiatan, bisa olah raga, permainan atau yang lainnya. Belajar di keramaian, saat dia belajar, Anda putar musik yang keras dan sebagainya.

2. Tantangan yang membosankan
Rancanglah secara sengaja sebuah situasi yang menimbulkan kebosanan, kebingungan, gak tahu mesti ngapain, lalu amati apa yang dilakukan si anak saat mengalami hal tersebut. Ada idenya? Bagaimana responnya dengan situasi yang monoton?

Ciptakan tantangan-tantangan lainnya, yang baru, yang unik, yang disesuaikan dengan kondisi situasi saat ini, saat main internet, listrik dipadamkan, apa responnya? Kalo dia teriak minta dinyalakan, coba lakukan saat Anda berada diluar rumah, apa responnya?
Jika tidur selalu menggunakan AC, sekali-sekali dimatikan (dirusak secara sengaja) dan amati apa responnya? Masih banyak sekali ide lainnya, silahkan Anda kembangkan sendiri. Yang paling penting adalah…

Anak manusia tuh Canggih

Ingat, mindset dasarnya adalah si anak bisa dilatih untuk menyikapi, mengatasi situasi apapun. Karena anak manusia sangatlah adaptif. Semakin si anak fleksibel dalam sebuah situasi yang berubah-rubah, maka si anak dapat dikatakan sebagai anak cerdik. Lalu, apa kunci sukses dari sebuah tantangan?

Curiousity: Kunci Sukses Tantangan
Betul-betul, Anda harus kreatif, jeli, pintar untuk membangunkan dulu rasa ingin tahu si Anak. Curiousity. Semakin besar rasa ingin tahu si anak, bisa dibangun, semakin baik hasilnya. Dan, curiousity-lah yang menjadi dasar penemuan NLP di dunia ini. Ya, karena ada rasa ingin tahu yang sangat besar dari DR Bandler dan DR Grinder.

Cinta adalah Kunci Terpenting!
Amati betul, bagaimana situasi emosi si anak saat itu, sebelum tantangan diberikan. Jangan sampai salah strategi. Si Anak sedang sakit, sedang down, Anda teriak-teriak. Hasilnya bisa baik, bisa juga buruk. Juga, ada baiknya Andapun menguasai teknik-teknik untuk recovery mental, jika terjadi sesuatu yang membuat anak tersebut kaget banget atau shock he he he…

Yang mana cara yang paling tepat? Cara yang paling baik? Cara yang paling benar?
Tidak tahu, yakini saja selama Anda memang secara sengaja merancang dan ingin melatih anak Anda dengan NIAT TULUS, dengan CINTA, dengan SAYANG, yakinlah hasinya akan BAIK juga. Yakinlah TUHAN akan merestui NIAT TULUS Anda terhadap manusia kecil titipanNYA ini. Teknik dan Cara akan menyusul dengan sendirinya. Gak usah terlalu dipikirin…

Demikian catatan ringan ini, yang saya sarikan selama setahun terakhir keliling Indonesia bersama Shahnaz Haque, Prof Arief dan teman-teman Psikolog, juga para Ahli Gizi untuk berbagi kepada para orang tua dalam mendidik anak mereka menjadi ANAK TANGGUH!

Jakarta, 18 Maret 2009 jam 01:45 menulis karena ada misi yang terbangkitkan…
Krishnamurti Mindset Motivator

Video clip perkembangan janin (9 months)

Song of today :



Faye Wong - Eyes on Me