Lilypie Kids birthday PicLilypie Kids birthday Ticker
Google

Welcome Note

This site/blog will tell the world more about my lovely son, named Agus Surya Yoewira or Yoe Wen Yang (his Chinese name). Beside uploading his photos and stories, I will also quote nice, spiritual and touching stories or articles from other resources. Hope this site/blog will be inspiring and useful for other moms in this world.
(Indonesian: Site/blog ini kupersembahkan oentoek putraku terkasih, Agus Surya Yoewira/Wen Yang. Walaupun tidak detail amat, akan selalu kutuliskan perkembangan dia baik melalui tulisan, cerita atau foto-foto. Selain itu ada macam-macam puisi, tantra, kalimat indah dan artikel-artikel yang semoga dapat berguna dan menjadi inspirasi bagi yang membacanya)

MY OATH TO YOU

When you are sad, ………………. I will dry your tears
When you are scared, …………….. I will comfort your fears
When you are worried, …………… I will give you hope
When you are confused, ………….. I will help you cope
And when you are lost, …………… and cant’t see the light, I shall be your beacon….Shining ever so bright.
This is my oath………… I pledge till the end. Why you may ask? ……………… Because you’re my son.


FAMILY = (F)ATHER (A)ND (M)OTHER (I) (L)OVE (Y)OU

Surya's reply :-D

Every love that you've been given to me
will never ever go away
coz your loves are
my spirit .......
my light ........
my destination ......
my guide ...........
and
my everything......

LOVE YOU, MOMMY.... !!!

Surya's Slide Show! (new born until 2 years old)

"Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik"

"Shi Sang Chi You Mama Hau"

Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.

Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota , reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit?.

Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua", kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat . Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.

Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.
==========0000000000==============

Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya?

Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.

Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat?..

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu???.
==========0000000000==============

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau" (terjemahannya "Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik").

Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.

Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya uang?" tanya sang pemilik toko. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata sang anak dengan serius.

Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?". "Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah" kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab

"Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?" kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya.

Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. "Ia sebenarnya anak yang baik", kata salah satu tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya.

Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

"Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?."Maafkan saya, Nak." "Tidak Bu, saya yang bersalah"???..
===========000=================

Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.

Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota , dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.

Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
===========000==================

Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.

Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya.

Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.

Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota , bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.
Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. "Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata ibu. "Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu", teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi", sang anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 "Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini", ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga??..
============000=========

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan.
Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu. Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi."

Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah.

Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya. Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah????..
============000==============

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil. Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu.

Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah "Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?" Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu". Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya, "Apakah kamu ??..(nama anak itu)?" "Benar bu, saya adalah anak ibu?". Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi???.

Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila?.
============000=============

Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya?.. Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :
1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.

Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun ? Tidak diragukan lagi "Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini"

Mukjizat Natal

"Mukjizat Natal"

Kisah nyata ini terjadi di malam Natal pada saat perang dunia ke-satu di tahun 1914, tepatnya di front perang bagian barat di Eropa. Pada saat tersebut tentara Perancis, Inggris dan Jerman saling baku tembak satu dengan yang lain.

Di malam Natal yang dingin dan gelap begini, hampir setiap prajurit merasa sudah bosan dan muak untuk berperang, apalagi telah berbulan - bulan mereka meninggalkan rumah mereka, jauh dari istri, anak maupun orang tuanya.

Pada malam Natal biasanya mereka selalu berkumpul bersama dengan seluruh anggota keluarganya masing-masing, makan bersama, bahkan menyanyi bersama di bawah pohon terang di hadapan tungku api yang hangat.

Berbeda dengan malam Natal yang sekarang ini, di mana cuaca di luar sangat dingin sekali dan saljupun turun dengan lebatnya, mereka bukannya berada di antara anggota keluarga yang mereka kasihi, melainkan berada di hadapan musuh perang mereka yang setiap saat bersedia untuk menembak mati siapa saja yang bergerak.

Tiada hadiah yang menunggu selainnya peluru dari senapan musuh, bahkan persediaan makananpun sudah berkurang jauh, sehingga hari inipun hampir seharian penuh mereka belum makan. Pakaianpun basah kuyup karena turunnya salju. Biasanya mereka berada di lingkungan suasana yang hangat dan bersih, tetapi kali ini mereka berada di dalam lubang parit, seperti layaknya seekor tikus, boro-boro bisa mandi dan berpakaian bersih, tempat di mana mereka berada sekarang inipun basah, becek penuh dengan lumpur. Mereka menggigil kedinginan. Rasanya tiada keinginan yang lebih besar pada saat ini selainnya rasa damai untuk bisa berkumpul kembali dengan orang-orang yang mereka kasihi.

Seorang tentara sedang merintih kesakitan karena barusan saja terkena tembakan, sedangkan tentara lainnya menggigil kedinginan, bahkan pimpinan mereka yang biasanya keras dan tegas entah kenapa pada malam ini kelihatannya sangat sedih sekali, terlihat air matanya turun berlinang, rupanya ia teringat akan istri dan bayinya yang baru berusia enam bulan. Kapankah perang ini akan berakhir ? Kapankah mereka akan bisa pulang kembali ke rumahnya masing-masing ? Kapankah mereka bisa memeluk lagi orang - orang yang mereka kasihi ? Dan masih merupakan satu pertanyaan besar pula, apakah mereka bisa pulang dengan selamat dan berkumpul kembali dengan istri dan anak - anaknya ? Entahlah...

Tidak sepatah katapun terdengar. Suasana malam yang gelap dan dingin terasa hening dan sepi sekali, masing-masing teringat dan memikirkan keluarganya sendiri. Selama berjam-jam mereka duduk membisu seperti demikian.

Tiba-tiba dari arah depan di front Jerman, ada cahaya kecil yang timbul dan bergoyang, cahaya tersebut kelihatan semakin nyata. Rupanya ada seorang prajurit Jerman yang telah membuat pohon Natal kecil yang diangkat ke atas dari parit tempat persembunyian mereka, sehingga nampak oleh seluruh prajurit di front tersebut.

Pada saat yang bersamaan terdengar alunan lembut suara lagu "Stille Nacht, heilige Nacht" (Malam Kudus), yang pada awalnya hanya sayup-sayup kedengarannya, tetapi semakin lama lagu yang dinyanyikan tersebut semakin jelas dan semakin keras terdengar, sehingga membuat para pendengarnya merinding dan merasa pilu karena teringat akan anggota keluarganya yang berada jauh dari medan perang ini.

Ternyata seorang prajurit Jerman yang bernama Sprink yang menyanyikan lagu tersebut dengan suara yang sangat indah, bersih, dan merdu. Prajurit Sprink tersebut sebelumnya ia dikirim ke medan perang adalah seorang penyanyi tenor opera yang terkenal. Rupanya suasana keheningan dan gelapnya malam Natal tersebut telah mendorong dia untuk melepaskan emosinya dengan menyanyikan lagu tersebut, walaupun ia mengetahui dengan menyanyikan lagu tersebut, prajurit musuh bisa mengetahui tempat di mana mereka berada.

Ia bukan hanya sekedar menyanyi dalam tempat persembunyiannya saja, ia berdiri tegak, tidak membungkuk lagi, bahkan ia naik ke atas sehingga dapat terlihat dengan nyata oleh semua musuh - musuhnya. Melalui nyanyian tersebut ia ingin membawakan kabar gembira sambil mengingatkan kembali makna dari Natal ini, ialah untuk berbagi rasa damai dan kasih. Untuk ini ia bersedia mengorbankan jiwanya, ia bersedia mati ditembak oleh musuhnya. Tetapi apa yang terjadi, apakah ia ditembak mati ?

Tidak! Entah kenapa seakan-akan ada mukjizat yang terjadi, sebab pada saat yang bersamaan semua prajurit yang ada di situ turut keluar dari tempat persembunyiannya masing-masing, dan mereka mulai menyanyikannya bersama. Bahkan seorang tentara Inggris musuh beratnya Jerman, turut mengiringi mereka menyanyi sambil meniup dua peniup bagpipes (alat musik Skotlandia) yang dibawanya khusus ke medan perang. Mereka menyanyikan lagu Malam Kudus ini dengan rasa pilu dan air mata yang turun berlinang.

Yang tadinya lawan sekarang menjadi kawan, sambil saling berpelukan mereka menyanyikan bersama lagu Malam Kudus dalam bahasanya masing - masing, di sinilah rasa damai dan sukacita benar - benar terjadi. Setelah itu, mereka meneruskan menyanyi bersama dengan lagu Adeste Fideles (Hai Mari Berhimpun), mereka berhimpun bersama, tidak ada lagi perbedaan pangkat, derajat, usia maupun bangsa, bahkan perasaan bermusuhanpun hilang dengan sendirinya.

Mereka berhimpun bersama dengan musuh mereka yang seyogianya harus saling tembak, membunuh satu dengan yang lain, tetapi entah kenapa dalam suasana Natal tersebut mereka ternyata bisa berkumpul dan menyembah bersama kelahiran-Nya, Sang Juru Selamat. Rupanya inilah mukjizat Natal yang benar - benar bisa membawa suasana damai di malam yang suci.

Saya berharap melalui tulisan ini dapat membagikan rasa kasih dan damai kepada rekan - rekan dan para pembaca budiman, serta mengajak kita semua untuk merenungkan kembali makna Natal yang sebenarnya.
Apabila ternyata masih ada luka batin yang belum sembuh, marilah kita mengambil kesempatan di hari Natal ini untuk saling memaafkan dan mendoakan satu dengan yang lain, dan biarlah damai dari Kristus bertahta di hati kita.

Matius 5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.Ya, Tuhan, Engkau menyinari malam paling suci inidengan Cahaya Damai-MuAjarilah kami untuk melihat kedamaian yangseharusnya kami cari,kedamaian yang seharusnya kami jaga,dan kedamaian yang harus kami bagi.Semoga hari ini dan setiap hari,menjadi seperti hari Natal,seperti Engkau mengilhami diri kamiuntuk membawa damaidan pengampunan bagi semua orangyang kami jumpai.Terima kasih untuk kelahiranMu di dunia ini Tuhan Yesus,kelahiranMu membawa keajaiban bagi dunia ini dan bagi hidup kami.Segala pujian, hormat dan syukur kami naikkan bagiMu,Yesus Kristus, Sang Raja. Amin


Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2008



Inspiring ABC



Although things are not perfect
Because of trial or pain
Continue in thanksgiving
Do not begin to blame
Even when the times are hard
Fierce winds are bound to blow
God is forever able
Hold on to what you know
Imagine life without His love
Joy would cease to be
Keep thanking Him for all things
Love imparts to thee
Move out of "Camp Complaining"
No weapon that is known
On earth can yield the power
Praise can do alone
Quit looking at the future
Redeem the time at hand
Start every day with worship
To "thank" is a command
Until we see Him coming
Victorious in the sky
We'll run the race with gratitude
Xalting God most high
Yes, there'll be good times and yes some will be bad, but...
Zion waits in glory.....where none are ever sad!

a Christmas story for you

The Tablecloth

The brand new pastor and his wife, newly assigned to their first ministry, to reopen a church in suburban Brooklyn, arrived in early October excited about their opportunities. When they saw their church, it was very run down and needed much work. They set a goal to have everything done in time to have their first service on Christmas Eve.

They worked hard, repairing pews, plastering walls, painting, etc., and on December 18 were ahead of schedule and just about finished.

On December 19 a terrible tempest - a driving rainstorm hit the area and lasted for two days.

On the 21st, the pastor went over to the church. His heart sank when he saw that the roof had leaked, causing a large area of plaster about 20 feet by 8 feet to fall off the front wall of the sanctuary just behind the pulpit, beginning about head high.

The pastor cleaned up the mess on the floor, and not knowing what else to do but postpone the Christmas Eve service, headed home.

On the way he noticed that a local business was having a flea market type sale for charity so he stopped in. One of the items was a beautiful, handmade, ivory colored, crocheted tablecloth with exquisite work, fine colors and a Cross embroidered right in the center. It was just the right size to cover up the hole in the front wall. He bought it and headed back to the church.

By this time it had started to snow! An older woman running from the opposite direction was trying to catch the bus. She missed it. The pastor invited her to wait in the warm church for the next bus 45 minutes later.

She sat in a pew and paid no attention to the pastor while he got a ladder, hangers, etc., to put up the tablecloth as a wall tapestry. The pastor could hardly believe how beautiful it looked and it covered up the entire problem area.

Then he noticed the woman walking down the center aisle. Her face was like a sheet. "Pastor," she asked, "where did you get that tablecloth?"

The pastor explained. The woman asked him to check the lower right corner to see if the initials, EBG were crocheted into it there. They were. These were the initials of the woman, and she had made this tablecloth 35 years before, in Austria.

The woman could hardly believe it as the pastor told how he had just gotten the Tablecloth. The woman explained that before the war she and her husband were well-to-do people in Austria. When the Nazis came, she was forced to leave. Her husband was going to follow her the next week. He was captured, sent to prison and never saw her husband or her home again.

The pastor wanted to give her the tablecloth; but she made the pastor keep it for the church.

The pastor insisted on driving her home that was the least he could do. She lived on the other side of Staten Island and was only in Brooklyn for the day for a house-cleaning job.

What a wonderful service they had on Christmas Eve! The church was almost full. The music and the spirit were great. At the end of the service, the pastor and his wife greeted everyone at the door and many said that they would return.

One older man, whom the pastor recognized from the neighborhood continued to sit in one of the pews and stare, and the pastor wondered why he wasn't leaving.

The man asked him where he got the tablecloth on the front wall because it was identical to one that his wife had made years ago when they lived in Austria before the war and how could there be two tablecloths so much alike.

He told the pastor how the Nazis came, how he forced his wife to flee for her safety and he was supposed to follow her, but he was arrested and put in a prison. He never saw his wife or his home again all the 35 years in between.

The pastor asked him if he would allow him to take him for a little ride. They drove to Staten Island and to the same house where the pastor had taken the woman three days earlier.

He helped the man climb the three flights of stairs to the woman's apartment, knocked on the door and he saw the greatest Christmas reunion he could ever imagine.

True Story - submitted by Pastor Rob Reid.

Foto ama mama di depan lukisan Sinterklas


It's Christmas time son..... Wish you the most joyfull and unforgetable Christmas.
God bless u always !


Pictures taken on 24 Dec 07 @ 10.20 am at lobby of Siloam Hospital when we visited aunty Pik Yen.

Natal pertama Surya (25.12.07)

Pagi ini Surya pinter banget karena Pk 05.45 udah bangun, biasanya bangun diatas Pk. 07.00. Tuhan benar-benar mengabulkan doa mama agar bisa membawa Surya ke gereja karena pagi ini akan menjadi hari pertama Surya ke gereja dan menjadi misa Natal pertama buatmu nak dan tentunya menjadi unforgetable Christmas for both of us.

Setelah Surya mandi dan kita semua siap, Pk. 06.40 papa Surya mengantar ke gereja di Jln Widodaren. Papa cuman drop aja di depan halaman gereja karena papa Surya tidak mau masuk sama-sama (papa Surya adalah penganut Budha sementara mama adalah Katholik). Jadi Surya cuman diantar mama ama suster.

Pertama Surya nangis tetapi setelah dibujuk akhirnya mau juga duduk di dalam gereja apalagi setelah melihat banyak teman-teman sebayanya. Mama pilih duduk di baris belakang biar tidak mengganggu yang lain dan kebetulan di baris belakang banyak teman-teman Surya. Akhirnya Surya malah bermain dengan mereka walaupun kadang duduk di sebelah mama buka-buka buku atau maem roti. Mama pun dapat mengikuti misa dengan khidmad sampai selesai.

Oh ya pas komuni, mama gendong Surya berjalan menuju ke altar utk menerima hosti perlambang Tubuh Yesus Kristus dan Surya juga mendapat berkat dari Romo Yohanes yang saat itu memimpin misa. Surya diam aja melihat begitu banyak anak-anak di bangku depan karena kebetulan Pk 07.00 adalah misa Natal untuk anak-anak. Jadi ada dramanya juga. Surya masih belum mengerti memang, paling tidak Surya ikut mendengarkan doa-doa yang dipimpin Romo dan lagu-lagu yang berkumandang selama misa. Semoga ini awal yang bagus buat pendidikan rohani Surya dan selanjutnya tiap minggu mama pasti bawa Surya ke rumah Bapa.

Selamat Natal buatmu juga nak, semoga damai Natal menyertai kita semua dan Kasih Yesus selalu menyertai semua orang yang selalu merindukan kedatanganNya ~amen~

18 Dec 2007, your 16th month

Mama malam ini tidak bisa menemani Surya bubuk malam karena mama lagi dinas di luar kota (di Semarang, Solo & Jogya). Pk 20.10 papa kirim sms ke mama menginfokan kalau Surya udah bubuk & spt hari-hari sebelumnya Surya bubuk sendiri gak minta gendong..... syukurlah mama akhirnya juga bisa tidur nyenyak & tdk kepikiran karena Surya tidak rewel. Besoknya mama udah balik ke Surabaya, jadi mama cuman ninggal Surya satu mlm.

Mama tidak sempet foto Surya persis tgl 16 Des kemarin abisnya mama sibuk.... untung aja mama ada foto Surya pas tgl 15 Des malam pas kita lagi bermain membongkar laci di kamar tidur dengan mengeluarkan semua CD dan kaset.....



Surya di usia 16 bln ini sudah mulai mau makan nasi walaupun masih di mix dengan bubur kasar. Giginya udah tumbuh 1 lagi di bagian atas, sehingga total berjumlah 7 buah (4 bawah, 3 atas). Sebenarnya udah bisa dibilang 8 buah tetapi yang baru tumbuh belum terlalu besar. Bentar lagi pasti terlihat rata dengan gigi lainnya.

Dengan bertambahnya gigi, Surya senang mencoba makanan apapun terutama yang manis-manis. Selain itu udah pintar meniru apa yg dilihat di film Teletubbies ataupun yang dilakukan oleh orang lain, juga udah bisa menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak setuju/tidak mau. Dikit-dikit Surya udah mulai mau bicara spontanitas, spt 'tiga', 'cece', 'cicak', 'bobo', 'tunggu', 'abis', 'A', 'B', 'pupuk' (krupuk), 'eek', 'halo', 'papa & mama'. Sayang sekali kalau kita minta melanjutkan kata-kata yg kita ucapkan tidak pernah mau.

Surya sudah lebih mengerti apa yg kita bicarakan dengan menunjuk-nunjuk obyek/benda tsb. Bongkar-2 atau mengeluarkan seluruh isi laci masih suka dilakukan. Sekarang kalau minta jalan-jalan, selalu dengan mengambil kunci rumah.

Permainan yg disenangi akhir-akhir ini adalah main bola.... bola dilempar ke bawah tangga, ntar kita yang dewasa diminta ambil & melemparkannya ke atas. Surya pasti tertawa terbahak-bahak melihat kita mengejar bola tsb. Buka-buka buku juga masih senang dilakukan apalagi tentang cerita Humpty Dumpty si telur yang jatuh dari tembok yang tinggi, Ba Ba Black Sheep & Rain Rain Go Away.

Badan Surya udah bertambah berat, beratnya udah mendekati 12 kg. Tidak terlihat gemuk krn tinggi itu tadi, malah lebih cenderung kurus jika Surya tidak mengenakan pakaian. Walaupun kurus, Surya tetap termasuk kategori anak yang sehat. Pas papa & mama kena flu, Surya tidak ikutan tertular.

Sifat/karakter jelek yang udah mulai terlihat adalah keras kepalanya. Kalau dilarang malah nangis, pertama cuman dibuat-buat, ntar nangis beneran :)
Semoga sifat ini akan segera hilang seiring dengan bertambahnya umur Surya dan arahan dari papa mama.

Sementara ini yang bisa mama tulis krn mama udah ngantuk, hehe.

Inspiring Story: Ada Malaikat Untukmu


Suatu hari seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Dari dalam perut ibunya dia bertanya kepada Tuhan:
"Para malaikat di surga mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana? sayabegitu kecil dan lemah"
Tuhan menjawab : "Saya telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu"
"Tapi disini, apa yang saya lakukan hanyalah tidur, ini sudah cukup bagi saya untuk berbahagia"
"Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari,dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia"
"Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka?"
"Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar, dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia akan mengajarkan bagaimana cara kamu berbicara"
"Dan apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu?"
"Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa"
"Saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?" "Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal tersebut mungkin dapat mengancam jiwanya"
"Tapi saya pasti akan merasa sedih karena tidak melihatMu lagi"
"Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang Saya dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaKu, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu"
Saat itu surga begitu tenangnya sehingga suara dari bumi dapat terdengar, dan sang anak bertanya sekali lagi : "Tuhan, jika saya harus pergi sekarang bisakah Kamu memberitahuku nama malaikat tersebut?"
"Kamu akan memanggil malaikatmu, IBU."

Biarlah Tuhan yang mengemudikan hidup kita

BIARLAH TUHAN YANG MENGEMUDIKAN HIDUP KITA

Kita tidak pernah mempertanyakan kemana supir bus kota yang kita tumpangi akan membawa bus-nya. Tetapi kita sering mempertanyakan Tuhan, kemana Dia akan membawa hidup kita


Seorang ayah mengajak puterinya, Asa, 6 tahun, mengendarai mobil menuju ke sebuah museum. Sudah lama Asa menginginkannya. Si Ayah kebetulan hari itu mengambil cuti dan sengaja mengantar anaknya ke tempat yang sudah lama diimpikan Asa itu tanpa didampingi Bunda.

Di perjalanan, tak hentinya Asa bertanya kepada si Ayah :
"Ayah tahu tempatnya?", tanya Asa yang duduk di samping kemudi Ayah.
"Tahu, jangan kuatir ...", jawab Ayah sembari tersenyum.
"Emang Ayah tahu jalan-jalannya?"
"Tahu, jangan kuatir ...""Benar, tidak kesasar Ayah?"
"Benar, jangan kuatir ...", jawab Ayah tetap dengan sabar.
"Nanti kalau Asa haus, bagaimana?"
"Tenang, nanti Ayah beli air mineral ..."
"Terus kalau lapar?"
"Tenang, Ayah ajak mampir Asa ke restoran ..."
"Emang ayah tahu tempat restorannya?"
"Tahu, sayang ..."
"Emang ayah bawa cukup uang?"
"Cukup, sayang ..."
"Kalau Asa pengin ke kamar kecil?"
"Ayah antar sampai depan pintu toilet wanita ..."
"Emang di museum ada toiletnya?"
"Ada , jangan kuatir ..."
"Ayah bawa tissue juga?"
"Bawa, jangan kuatir ...", kata ayah sembari membelokkan mobilnya masuk jalan tikus, karena macet.
"Kok Ayah belok ke jalan jelek dan sempit begini?"
"Ayah cari jalan yang lebih cepat ... supaya Asa bisa menikmati museum lebih lama nanti ...
"Tidak berapa lama, Asa kemudian tidak bertanya-tanya lagi.
Giliran sang Ayah yang bingung,"Kenapa Asa diam, sayang?"
"Ya, Asa percaya Ayah deh! Ayah pasti tahu, akan antar dan bantu Asa nanti!"

Kita ini seperti Asa si anak kecil ini. Kita bertanya banyak hal mengenai apa yang kita hadapi dan terjadi dalam hidup kita. Terlalu banyak khawatir apa yang akan kita hadapi. Padahal sesungguhnya Tuhan "sedang mengemudi" buat kita semua.
Kadang Ia membawa ke "gang sempit" yang barangkali tidak enak, tetapi itu semua untuk menghindari "kemacetan" di jalan yang lain. Kadang Ia memperlambat "kendaraan-Nya", kadang mempercepat. Semuanya ada maksudnya.

Ada baiknya kalau kita menyerahkan hal-hal yang di luar jangkauan kita kepada-Nya. Biarkan Dia berkarya atas hidup Anda, biarkan Dia “mengemudikan” hidup Anda, sebaliknya fokuskan hidup Anda kepada hal-hal yang Anda bisa kerjakan di depan mata, dengan berkat kemampuan yang Anda sudah miliki.

God Bless U ~~~

Pictures of Surya on his 15th month (taken on 16 Nov 07)







Surya bergaya di studio photo pas umur 15 bulan :)

Harga Sebuah Mujizat

Sally baru berumur 8 tahun ketika dia mendengar bahwa sang kakak Georgi menderita sakit sangat parah, dan hanya pertolongan dari operasi yang mahal lah yang dapat menolong sang kakak ( tapi tidak mungkin karena kesulitan ekonomi keluarga tersebut ).

Sally mendengar sang ayah berkata ” Hanya mujizat yang dapat menyembuhkannya”, segera si sally masuk ke kamar dan memecah celengan yang dimilikinya dan mulai menghitung semua “isi”nya. Sambil menyelinap sang Sally kecil bergegas menuju ke sebuah toko obat, dengan pebuh kesabaran si Sally kecil menunggu si apoteker yang sedang berbicara dengan seorang pengunjung.

Hal ini membuat Sally menjadi bosan, dan mulai membuat beberapa keributan kecil dengan harapan menarik perhatian sang apoteker. Dengan marah sang apoteker berkata pada Sally ” ok2 kau sudah mendapatkan perhatianku, sekarang apa yang ingin kau beli ?”. “Ok pertama saya akan menceritakan bahwa kakak saya sedang sakit dan saya ingin membeli sebuah mujizat” ujar Sally. “Maaf sayang kami tidak menjual barang seperti itu, maaf saya rasa, saya tidak dapat membantumu” lanjut sang apoteker. “Dengar katakan saja berapa harga yang harus kubayar tuk membelinya ??” ujar Sally dengan air mata yang mulai mengalir.

Rupanya keramaian tersebut terdengar oleh seorang pria yang dari tadi duduk di pojok apotik dan sambil bertanya…
Pria dewasa : “jenis mujizat apa yang dibutuhkan oleh saudaramu ?”
Sally : “saya tidak tahu.”
“yang saya tahu dia benar2 sakit dan ibu saya mengatakan kalu dia harus dioperasi. Tapi keluarga saya tidak punya cukup uang, sehingga saya mengambil tabungan saya.”
Pria dewasa : “berapa banyak yang kau punya ?”
Sally : “1 dolar 11 sen”. “dan inilah semua uang yang aku punyai di dunia ini”. Jawabnya dengan bangga.
Pria dewasa : “wah, suatu di luar logika, itu adalah harga yang tepat untuk mujizat yang dapat menyelamatkan kakaknya.”

Lalu pria itu mengambil uang tersebut dan berkata “bawa aku ketempat kamu tinggal, aku ingin bertemu dengan kakak dan orang tuamu”. Dan 1 hal yang tidak disadari oleh Sally adalah pria itu bernama Dr.Carlton Armstrong, seorang spesialis bedah. Dan operasi yang dilaksanakan pada akhirnya sukses dan kakaknya terselamatkan.

“operasi itu…sebuah keajaiban…saya tidak bisa membayangkan berapa banyak biaya yang dikeluarkan dan kita tidak membayar sedikitpun” ujar sang ibu. Namun dengan tertawa kecil sang Sally kecil tahu benar berapa harga sebuah mujizat itu…1 dollar 11 sen dan tentusaja ditambah dengan IMAN dan KASIH dari Sally kecil.

“Jangan pernah hanya berangan-angan untuk selalu memberi KASIH ( Tuhan ) pada sesamamu”

~~author unknown~~

Pose Surya Ketawa (taken on 02 Dec 07)

Akhir-2 ini Surya udah pinter berpose deh, sering tertawa begitu lihat blitz kamera, hehe....

Note: di pipi sebelah kiri ada memar biru krn minggu siang tgl 2 Des abis jatuh dari kursi (kebentur meja), papa Surya sempet pegangi tangan Surya biar gak sampai jatuh beneran tetapi pipi Surya yg mengenai meja ....... thanks to God gak sampai kena kepalamu nak :)


Tambahan: kemarin kita dibikin kaget oleh Surya gara-gara Surya ternyata udah bisa menghabiskan permen dari bungkusnya..... kita tidak nyangka kalau Surya bisa melubangi bagian tengah bungkus permen tsb dengan giginya, trus diisap-isap sampai permen jadi kecil.... ck ck ck Surya sekarang udah tambah pinter & kebetulan rasa permen tsb manis pantesan Surya suka.

Photo 3D of Surya when he was 12 month


Created by uncle Ming Lie
© 2007 Djoko Purnomo

Video clip perkembangan janin (9 months)

Song of today :



Faye Wong - Eyes on Me